Senin, 18 September 2017

Putri Kaguya (Jepang)

Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang kakek dan nenek yang miskin. Mereka hanya hidup berdua dan tidak mempunyai seorang anak pun. Pekerjaan sehari-hari mereka adalah membuat keranjang dari bambu. Karena itu hampir setiap hari kakek pergi ke hutan untuk memotong beberapa batang bambu. Bambu itu kemudian dibelah untuk dijadikan bahan pembuat keranjang.
Suatu hari sang kakek sedang pergi ke hutan bambu untuk memotong bambu. Saat ia memilih-milih bambu, tiba-tiba ia melihat sebatang pohon bambu yang bersinar keemasan. Pohon bambu tersebut seakan-akan meminta kakek agar segera menebangnya. Kakek pun memotong pohon bambu itu.
 Betapa terkejut hatinya setelah memotong sebuah bambu karena dari dalamnya muncul sinar keemasan. “Apa ini ya?” tanya kakek dalam hati. Lalu didekatinya batang bambu yang mengeluarkan sinar keemasan itu. Ternyata dari dalam batang bambu tersebut terdapat seorang bayi perempuan yang mungil. Dengan gembira kakek membawa bayi itu pulang ke rumah. Kakek dan nenek merawat bayi perempuan itu dengan penuh kasih sayang. Mereka menamakannya Kaguya.
Sejak saat itu setiap kali kakek ke hutan untuk memotong bambu, ia selalu menemukan sebatang pohon bambu yang bersinar keemasan. Setelah dipotongnya ternyata batang bambu tersebut berisi uang emas. Dengan uang emas itu mereka tidak perlu lagi bekerja keras. Mereka hidup berkecukupan dalam membesarkan putri mereka.
 Kaguya tumbuh menjadi seorang putri yang sangat cantik jelita. Rambutnya hitam bersinar, kulitnya kuning keemasan, dan wajahnya pun seakan-akan mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata. Berita tentang kecantikannya tersiar ke seluruh penjuru negeri. Setiap hari datang berbagai macam pria yang ingin meminangnya. Tetapi sang putri selalu menolaknya. Suatu hari datanglah lima orang yang ingin meminang sang putri. Sang putri memberikan lima buah syarat yang sangat berat kepada mereka.
Pria pertama bertugas mencarikan mangkuk asli sang Budha yang dapat mengeluarkan cahaya kemilauan. Pria kedua bertugas mencarikan bunga Azaela emas dan perak seperti dalam legenda. Pria ketiga bertugas mencarikan tikus api dari China. Pria keempat bertugas mencarikan permata naga yang berwarna-warni. Sedangkan pria kelima bertugas mencarikan kerang laut burung walet.
Namun setelah ditunggu beberapa waktu lamanya, kelima pria itu datang dengan membawa benda-benda palsu semua. Pria pertama membawa mangkuk biasa yang tidak mengeluarkan sinar sama sekali. Pria kedua datang dengan membawa tanaman bunga Azaela dengan sepuhan emas dan perak. Pria ketiga membawakan tikus-tikus yang bulunya diwarna dengan pewarna merah. Pria keempat membawakan batu permata biasa. Sedangkan pria kelima juga hanya membawakan kerang yang ia temukan di pantai. Akhirnya kelima pria itu tidak satupun yang berhasil meminang sang putri. Mereka pulang ke negerinya masing-masing dengan kecewa.
 Suatu hari di musim gugur, dengan mata berkaca-kaca sang putri menatap cahaya bulan di langit.
“Putriku, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya kakek dan nenek dengan khawatir.
“Kakek, Nenek, saat ini saya sedang sedih. Saya sebenarnya berasal dari negeri Bulan. Tanggal 15 bulan ini saya akan dijemput untuk kembali pulang ke negeri saya” kata sang putri dengan berlinang air mata.
Mendengar penjelasan sang putri, betapa sedih hati kakek dan nenek. Mereka tidak ingin kehilangan putrinya. Maka mereka melaporkan kepada penguasa daerah setempat agar mengirimkan pasukannya untuk menjaga sang putri.
Akhirnya, pada tanggal 15, ketika bulan sedang bersinar dengan terang, rumah sang putri dijaga oleh berpuluh-puluh samurai yang bersenjatakan panah dan tombak. Mereka berdiri di atap rumah dan sekeliling rumah sang putri. Ketika tepat tengah malam, tiba-tiba dari arah bulan purnama muncullah sebuah kereta yang bersinar terang. Saat pasukan panah sedang bersiap-siap mengarahkan anak panahnya ke atas, tiba-tiba cahaya menyilaukan terpancar dari kereta tersebut. Mata para samurai tidak bisa melihat dengan jelas. Pada saat itu seorang putri dari kereta tersebut turun dan menjemput Putri Kaguya dari dalam rumah.
Sebelum meninggalkan kakek dan neneknya, sang putri berpesan, “Kakek, Nenek! Jagalah kesehatan kalian. Terima kasih banyak atas kasih sayang kalian selama ini. Aku akan selalu merindukan kalian. Selamat tinggal!” 
Putri Kaguya pun akhirnya terbang ke angkasa tanpa dapat dihalangi lagi. Kakek dan nenek sangat sedih melihat putri mereka satu-satunya meninggalkannya.

PUTRI THUMBELINA ( Hans Christian Andersen )

Pada jaman dahulu ka;a ada seorang wanita yang ingin memiliki seorang anak, tapi ia tidak tahu kemana untuk mendapatkannya. maka, suatu hari ia pergi ke rumah seorang penyihir dan berkata "aku mendambakan anak yang kecil mungil. dapatkah kau memberitahuku kemana aku mendapatkannya?" Oh, sekarang juga kita bisa memilikinya!" jawab si penyihir itu. "Ini, ambillah barleycorn ini. Dapat kukatakan padamu bahwa ini bukan jenis barleycorn yang ditaburkan seorang petani di sawahnya atau untuk memberi makan ayam-ayam jantan dan betina. Taruhlah ia dalam pot bunga dan kemudian kau akan tahu apa yang akan terjadi."


"Oh, terima kasih," kata si wanita dan memberikan dua belas sen kepada si penyihir, karena sebanyak itulah harga barleycorn itu. Kemudian ia pulang ke rumah dan menanamnya. Tak lama kemudian biji tersebut tumbuh sekuntum bunga yang besar dan indah yang kelihatan seperi bunga tulip, tapi kelopak-kelopaknya tertutup rapat sekali seolah-olah ia masih kuncup saja.
"Betapa indahnya bunga ini!" seru wanita itu, dan ia mencium kelopak-kelopak yang berwarna merah dan kuning tersebut. Saat ia mencium kelopak-kelopak tersebut bunga itu terbuka. Ia benar-benar bunga tulip, jenis yang biasa kita lihat, tapi di tengah-tengah bunga itu, pada kelopak-kelopaknya yang lembut dan seperti beludru, duduk seorang anak perempuan kecil mungil, yang lembut dan cantik. Besar tubuhnya tak lebih dari sebuah ibu jari, maka wanita tersebut dan suaminya menyebutnya Thumbelina.

Cangkang kenari yang dipelitur mengkilap berfungsi sebagai ayunan buat Thumbelina, kelopak-kelopak biru bunga violet sebagai kasurnya dan sebuah kelopak mawar sebagai selimutnya. Di sanalah ia tidur di malam hari, tapi di siang hari ia biasa bermain-main di atas meja. Di sini wanita itu menaruh sebuah mangkok, yang dikelilingi lingkaran bunga-bunga, tangkainya masuk dalam air, di mana mengambang sebuah kelopak tulip yang besar. Di kelopak inilah, Thumbelina duduk dan berlayar dari satu sisi mangkok ke sisi lainnya, mendayung dirinya sendiri dengan dua helai bulu kuda berwarna putih sebagai dayungnya. Sungguh pemandangan yang sangat menyenangkan. Ia juga menyanyi, dengan suaranya yang lebih lembut dan manis daripada yang pernah terdengar sebelumnya.
Suatu malam, ketika ia sedang berbaring di tempat tidurnya yang cantik, seekor Kodok tua merangkak masuk lewat sebuah kaca jendela yang pecah. Ia kelihatan sangat jelek dan wagu, dan ia melompat ke atas meja di mana Thumbelina terbaring tidur di bawah selimut kelopak mawar merah.
"Ia akan menjadi seorang isteri yang cantik bagi anakku," kata si Kodok. Setelah membawa cangkang kenari dengan Thumbelina di dalamnya, si Kodok melompat keluar dengan membawa cangkang tersebut melalui jendela menuju kebun.
Di sini mengalir sebuah sungai yang besar dan lebar, dengan tanggul-tanggul yang licin dan bersemak-semak, di mana si Kodok hidup bersama anak laki-lakinya. Huh, betapa wagu dan jeleknya ia, persis seperti ibunya!
"Kroak, kroak, kroak!" itulah semua yang dapat ia katakan begitu melihat gadis kecil yang cantik tidur dalam cangkang kenari tersebut.
"Jangan berbicara terlalu keras, itu bisa membangunkannya," kata si Kodok tua. "Ia bisa meloloskan diri dari kita sekarang juga. Tubuhnya seringan bulu. Kita harus menempatkannya pada sebuah daun lili yang luas di sungai itu. Ia begitu kecil dan ringan sehingga daun itu akan seperti sebuah pulau baginya. Di sana ia tak akan bisa melarikan diri dari kita, sementara kita akan mempersiapkan ruang tamu di bawah semak-semak di mana ia akan tinggal."
Tumbuh di sungai itu banyak sekali bunga lili air dengan daun-daunnya yang luas dan berwarna hijau yang kelihatan seolah-olah sedang mengambang di atas air. Daun yang paling jauh adalah daun yang terbesar, dan menujuk daun yang terbesar inilah si Kodok berenang dengan Thumbelina dalam cangkang kenarinya.
Thumbelina yang mungil itu bangun sangat awal di pagi hari, dan begitu melihat di mana ia berada ia mulai menangis keras sekali. Pada setiap tepi daun lili adalah air dan ia tidak dapat kembali ke darat.
Si Kodok tua ada di bawah semak-semak, sedang menghias kamarnya dengan berbagai kercut dan kelopak-kelopak marigold berwarna kuning untuk membuatnya meriah bagi menantu perempuan barunya. Setelah selesai ia berenang keluar dengan anak laki-lakinya yang bertampang jelek menuju ke daun di mana Thumbelina berada. Ia ingin mengambil ayunan yang cantik ke kamar sebelum Thumbelina sendiri pergi ke sana. Si Kodok tua membungkuk rendah dalam air di depannya, dan berkata, "Inilah puteraku. Kau akan menikah dengannya dan kalian berdua akan hidup dalam kemewahan di bawah semak-semak itu."
"Kroak, kroak, kroak!" itulah semua yang dapat diucapkan anak kodok tersebut. Kemudian mereka mengambil dan membawa ayunan kecil yang rapi tersebut dan berenang pergi. Thumbelina duduk sendirian di atas daun hijau yang besar itu dan menangis, karena ia tak ingin hidup bersama si Kodok atau menikah dengan anak laki-lakinya yang jelek itu.
Ikan-ikan kecil yang bereneng-renang di bawah air telah melihat si Kodok dengan sangat jelasnya dan mendengar apa yang ia katakan. Mereka menaikkan kepala mereka di atas air untuk melihat si Thumbelina dan berpendapat bahwa ia begitu cantik maka mereka merasa tak rela bila ia akan hidup bersama si Kodok yang jelek itu. Tidak, ini tidak boleh terjadi, itulah keputusan mereka. Maka mereka berkumpul dalam air di sekitar tangkai hijau yang menopang daun di mana anak perempuan yang kecil mungil itu sedang duduk dan menggigit tangkai itu menjadi dua. Daun itu mengambang pergi mengikuti arus sungai, dengan membawa Thumbelina jauh hingga tak dapat dijangkau si Kodok.
Ia terus berlayar melewati beberapa negara, dan burung-burung yang duduk di semak-semak melihatnya dan menyanyi, "Betapa cantiknya gadis itu!" Daun itu terus mengambang pergi semakin jauh. Dengan demikian Thumbelina meninggalkan tanah kelahirannya sendiri.
Seekor Kupu-kupu putih kecil nan cantik berkedik-kedip di atasnya dan akhirnya hinggap pada daun itu. Thumbelina mempersilahkannya dan ia juga juga merasa senang. Sekarang si Kodok tidak dapat menjangkaunya, dan segala sesuatu begitu indah ke mana saja ia berlayar. Matahari bersinar di atas air dan membuatnya berkeliauan seperti perak yang paling cemerlang. Ia melepaskan pita pinggangnya dan mengikatkan salah satu ujungnya pada tubuh si Kupu-kupu; ujung lainnya ia ikatankan pada daun itu, sehingga si Kupu-kupu meluncur bersama si Thumbelina lebih cepat daripada sebelumnya.
Segera setelah itu, seekor kumbang besar datang terbang melintas. Ia melihat Thumbelina dan dalam waktu singkat telah mencekeramkan kaki-kakinya di sekitar pinggangnya yang ramping dan terbang pergi bersamanya ke sebuah pohon. Si daun hijau terus mengambang pergi bersama dengan si Kupu-kupu, karena Thumbelina telah mengikatnya pada daun itu dan tidak bisa melepaskan ikatan itu. Betapa takutnya si Thumbelina ketika si Kumbang terbang bersamanya ke pohon itu! Dan khususnya ia sangat sedih mengingat si Kupu-kupu putih nan indah itu karena ia telah mengikatnya pada daun itu. Jika ia tidak bisa lepas ia bisa mati karena kelaparan.
Tapi si Kumbang tidak merasa harus memperdulikan nasib si Kupu-kupu. Ia duduk bersama Thumbelina pada sebuah daun besar berwarna hijau, memberinya madu yang berasal dari bunga-bunga untuk dimakan dan mengatakan kepadanya bahwa ia sangat cantik, meskipun ia sama sekali tidak tidak seperti seekor kumbang. Kemudian, semua kumbang lainnya yang hidup di pohon yang sama datang berkunjung. Mereka meneliti Thumbelina dengan teliti, dan berkata, "Mengapa, ia hanya memiliki dua buah kaki! Betapa menjijikkan!"
"Ia tidak punya tanduk perasa!" teriak kumbang lainnya.
"Betapa jeleknya ia!" kata semua kumbang betina -- meskipun sesungguhnya Thumbelina sangat cantik.
Si Kumbang yang telah mencurinya sangat tahu hal ini. Tapi ketika ia mendengar semua kumbang betina berkata bahwa Thumbelina jelek, ia juga mulai berpikir demikian dan memutuskan untuk tidak menahannya. Ia dapat pergi ke mana saja ia suka. Maka ia terbang turun bersamanya dan meletakkannya di atas sebuah bunga aster. Di sana ia duduk dan menangis, dengan mengira bahwa dirinya pasti bertampang jelek, karena si Kumbang tidak melakukan apa-apa dengannya. Namun ia adalah makhluk paling cantik yang tak dapat dibayangkan, begitu lembut dan halus, seperti kelopak mawar yang paling indah.
Selama musim panas penuh si Thumbelina yang malang hidup sendirian di hutan yang lebat. Ia menganyam sebuah tempat tidur bagi dirinya sendiri terbuat dari daun-daun rumput dan menggantungnya ke atas di bawah sebuah daun semanggi sehingga ia terlindung dari hujan. Ia mengumpulkan madu dari bunga-bunga untuk manakan dan minum embun pada daun-daun setiap pagi. Demikianlah musim panas dan musim gugur berlalu. Tapi kemudian datanglah musim dingin -- musim dingin yang panjang dan sangat dingin. Semua burung yang menyanyi begitu merdu tentang dirinya telah terbang jauh. Daun-daun telah berguguran dari pohonnya, dan bunga-bunga mati semuanya. Daun semanggi yang besar di bawahnya ia tinggal telah melekuk dan tak ada yang tersisa kecuali tangkainya yang layu. Ia sangat kedinginan, karena pakaiannya telah rusak dan dirinya sendiri begitu kecil dan kurus. Si Thumbelina yang malang pasti akan mati membeku dengan segera. Salju mulai turun, dan setiap kepingan salju yang menimpa padanya seperti satu sekop penuh, karena ia hanya setinggi satu inci. Ia membungkus dirinya dengan sebuah daun kering, tapi karena daun itu robek tengahnya, ia tak merasa hangat sama sekali. Ia menggigil kedinginan.
Sekarang, tepat di luar hutan di mana ia hidup terhampar sebidang sawah yang luas. Padinya telah dipanen lama sebelumnya. Yang tertinggal hanyalah tunggul jerami kering dan gundul yang berdiri di tanah yang beku. Ini menjadikan sebuah hutan baginya untuk berkeliaran di dalamnya. Tiba-tiba ia bertemu pintu seekor Tikus Sawah, yang mempunyai sebuah lubang kecil di bawah sebuah bukit kecil. Di sana si Tikus hidup dengan hangat dan nyaman, dengan sebuah ruang gudang penuh dengan butir-butiran padi, sebuah dapur dan kamar makan yang mewah. Thumbelina kecil yang malang itu naik ke pintu itu dan memohon sepotong kecil gandum, karena ia sudah dua hari tidak makan sama sekali.
"Makhluk kecil yang malang!" kata si Tikus Sawah, karena ia seekor tikus tua yang baik hati. "Masuklah kedalam kamarku yang hangat dan makan bersamaku." Karena Thumbelina menyenangkan hatinya, ia berkata, "Menurutku sebaiknya kau bisa tinggal di sini selama musim dingin bersamaku. Kau harus menjaga kamarku tetap bersih dan rapi dan mengatakan kepadaku berbagai cerita, karena aku sangat menyukainya." Dan Thumbelina melakukan semua yang diminta si Tikus Sawah dan juga mengerjakannya dengan sangat baik.
"Aku sedang mengharapkan seseorang yang akan berkunjung ke sini malam ini," kata si Tikus Sawah. "Tetanggaku datang menjengukku sekali seminggu. Ia berada dalam lingkungan-lingkungan yang lebih baik daripada aku, memiliki kamar-kamar yang besar dan mengenakan jaket beludru hitam yang baik. Jika saja kau bisa menikah dengannya, kau akan hidup sejahtera, meskipun ia buta. Kau harus menceritakan kepada semua cerita yang terbagus yang kau ketahui."
Tapi Thumbelina tidak memusingkan kepalanya dengan memikirkan tentangnya, karena ia hanyalah seekor tikus Mondok. Ia datang berkunjung mengenakan jaket beludru hitamnya.
"Ia begitu kaya dan pandai," kata si Tikus Sawah kepadanya. "Rumahnya duapuluh kali lebih besar daripada rumahku. Ia mempunyai pengetahuan yang luas, tapi tidak tahan terhadap matahari dan bunga-bunga yang cantik dan selalu tidak suka membicarakan matahari dan bunga, karena ia belum pernah melihatnya."
Thumbelina harus menyanyi untuknya, maka ia menyanyi "Burung betina, burung betina, terbanglah pulang!" dan lagu-lagu lainnya dengan begitu merdu sehingga si Tikus Mondok jatuh cinta kepadanya. Ia tidak mengatakan apa-apa. Ia adalah tikus yang sangat berhati-hati. Sesaat sebelumnya, ia telah menggali lorong panjang di bawah tanah dari rumahnya sendiri ke rumah tetangganya. Ia mengijinkan si Tikus Sawah dan Thumbelina untuk berjalan dalam lorong ini sesering mereka suka, tapi memohon mereka untuk tidak takut terhadap Burung yang mati yang tergeletak di lorong tersebut. Ini adalah burung sungguhan dengan paruh dan bulu-bulu dan pasti telah mati waktu yang lama. Sekarang ia terkubur persis di mana si Tikus Mondok membuat lorongnya.
Satu hari si Tikus Mondok itu mengajak Thumbelina dan si Tikus Sawah memasuki lorong itu. Ia mengambil sepotong kayu di mulutnya, karena kayu itu menyala dalam kegelapan, dan pergi di depan mereka, menerangi jalannya melalui lorong gelap yang panjang. Ketika mereka sampai ke tempat di mana tergeletak si Burung yang mati, si Tikus Mondok menempelkan hidungnya yang besar pada langit-langit dan mendorong sebuah lobang ke atas hingga tembus sehingga sinar matahari dapat masuk kedalam. Di tengah-tengah jalan itu tergeletak seekor Burung layang-layang yang mati, kedua sayapnya yang cantik tertekan rapat ke kedua sisi tubuhnya, cakarnya dan kepalanya tertarik di bawah bulu-bulunya; si Burung yang malang itu pasti telah mati karena kedinginan.
Thumbelina sangat sedih, karena ia sangat senang dengan semua burung kecil. Burung-burung kecil itu menyanyi dan berkicau begitu indah baginya sepanjang musim panas. Tapi si Tikus Mondok menendang Burung itu dengan kaki-kakinya yang bengkok dan berkata, "Sekarang ia tak bisa nyanyi lagi! Pasti mengenaskan menjadi seekor burung kecil! Aku sangat bersyukur bahwa anak-anakku tidak ada yang menjadi burung kecil. Burung-burung selalu kelaparan di musim dingin."
"Ya, kau berbicara seperti orang yang bijaksana," kata si Tikus Sawah. "Apa yang dimiliki seekor burung, kecuali hanya bisa menyanyi, di waktu musim semi? Ia hanya bisa kelaparan dan membeku, dan harus kukatakan bahwa itu pasti sangat tak menyenangkan baginya!"
Thumbelina tidak berkata apa-apa. Begitu kedua ekor tikus itu berlalu, ia membungkuk ke Burung itu, merapikan bulu-bulunya dari kepalanya dan mencium kedua matanya yang tertutup dengan lembut. "Mungkin ia bersi menyanyi untukku di musim panas," katanya. "Betapa senangnya ia menyanyi untukku, hai si Burung kecil!"
Si Tikus Mondok menutup lobang yang bisa dilewati sinar dan kemudian mengantarkan kedua wanita itu pulang. Tapi Thumbelina tidak bisa tidur malam itu. Ia bangun dari tempat tidur dan menenun selimut besar dari jerami dan membawanya pergi dan menutupkannya pada Burung yang mati itu. Ia menumpukkannya menghadap ke bawah selembut wool katun, yang ia temukan di kamar Tikus Sawah tersebut, sehingga si burung kecil yang malang tersebut harus terbaring terkubur dengan hangat.
"Selamat jalan, Burung kecil yang cantik!" katanya. "Selamat berpisah, dan terima kasih karena lagu-lagumu yang merdu di musim panas, ketika pepohonan tumbuh hijau dan matahari bersinar hangat pada tubuh kita!" Kemudian ia meletakkan kepalanya pada dada Burung itu. Tapi si Burung tidak mati. Ia telah beku, tapi sekarang ia telah menghangatkan tubuhnya, ia mulai hidup lagi.
Pada musim gugur burung-burung layang-layang terbang pergi ke daratan-daratan asing. Tapi ada sebagian dari mereka yang terlambat berangkat dan kemudian menjadi kedinginan sehingga mereka jatuh seolah-olah mereka mati, dan salju turun dan menutupi mereka.
Thumbelina menggigil, ia begitu takut. Burung itu sangat besar baginya, karena tubuhnya sendiri hanya setinggi satu inci. Tapi ia memberanikan diri, menumpuk bulu burung lebih dekat di sekitar si Burung layang-layang yang malang itu, mengambil selimut kecilnya sendiri dan meletakkannya di atas kepalanya.
Malam berikutnya ia merangkak keluar ke tempat Burung itu. Di sana ia berada, hidup tapi sangat lemah. Ia hanya bisa membuka kedua matanya selama sesaat dan memandang Thumbelina, yang sedang berdiri di depannya dengan sepotong kayu kawul di tangannya, karena ia tidak punya obor lainnya.
"Terima kasih, anak kecil yang manis!" kata si Burung layang-layang kepadanya. "Aku benar-benar merasa hangat. Aku akan segera kuat lagi dan akan bisa terbang keluar sekali lagi kedalam sinar matahari yang hangat."
"Oh," katanya, "di luar masih sangat dingin. Sekarang sedang bersalju dan membeku!" Tetaplah di ranjangmu yang hangat. Aku akan merawatmu!"
Kemudian ia membawakan air dalam sebuah kelopak bunga untuknya, yang ia minum. Burung layang-layang itu mengatakan kepadanya bagaimana salah satu sayapnya telah patah karena sebuah bramble sehingga ia tidak dapat terbang bersama-sama dengan burung-burung layang-lalainnyanya, yang telah terbang jauh ke daratan-daratan yang lebih hangat. Akhirnya ia jatuh karena kelelahan, dan kemudian ia tidak ingat apa-apa lagi. Selama musim dingin itu ia tetap berada di bawah sana, dan Thumbelina merawatanya dan mengobatinya dengan telaten. Ia tidak mengatakan apa-apa tentang hal ini kepada si Tikus Sawah maupun si Tikus Mondok, karena mereka tidak senang dengan Burung layang-layang yang malang itu.
Begitu musim semi tiba, mata hari menghangatkan bumi lagi, si Burung layang-layang itu mengucapkan salam perpisahan kepada Thumbelina, yang membukan lobang baginya di atas yang telah di buat oleh si Tikus Mondok. Matahari bersinar dengan terangnya ke atas dirinya, dan si Burung layang-layang bertanya kepada Thumbelina apakah ia mau pergi dengannya. "Tidak, aku tak boleh pergi!" kata Thumbelina.
"Selamat jalan, gadis kecil yang baik hati," kata si Burung layang-layang, dan terbang pergi menerobos sinar matahari. Thumbelina memandangnya dengan berlinangan air mata, karena is sangat senang dengan si Burung layang-layang.
"Tweet, tweet!" Burung itu menyanyi, dan terbang kedalam hutan yang hijau. Thumbelina sangat sedih. Ia tak diijinkan keluar meinkmati hangatnya sinar matahari. Biji-bijian yang disebar di sawah di atas rumah si Tikus Sawah telah tumbuh tinggi di udara dan membuat hutan yang lebat bagi gadis kecil yang malang itu, yang hanya setinggi satu inci.
"Kau akan segera menjadi pengantin, Thumbelina," kata si Tikus Sawah suatu hari, "karena tetangga kita mengatakan bahwa ia ingin menikahimu. Betapa mujurnya seorang gadis kecil yang malang sepertimu! Sekarang kay harus mulai bekerja membuat pakaian pengantinmu sendiri, karena tak ada yang boleh kurang jika kau harus menjadi isteri tetanggaku, si Tikus Mondok itu!"
Thumbelina harus menjahit sepanjang hari, dan setiap petang si Tikus Mondok mengunjunginya dan mengatakan kepadanya bahwa bila musim panas usai matahari tak akan bersinar begitu panas. Sekarang ia membakar bumi sekeras sebuah batu. Nah, musim panas telah lewat, mereka akan mengadakan pernikahan.
Tapi ia sama sekali tidak merasa bahagia terhadap pernikahan ini, karena ia tidak senang terhadap si Tikus Mondok yang pandir itu. Setiap pagi begitu matahari terbit, dan setiap petang bila matahari terbenam, ia mencuri-curi untuk keluar dari pintu rumah, dan bila angin sepoi-sepoi memisahkan tunggak-tunggak jerami sehingga ia dapat melihat langit yang cerah lewat tunggak-tunggak tersebut, ia berpikir betapa terang dan cerahnya keadaan di luar dan sangat ingin melihat Burung layang-layangnya yang ia sayangi lagi. Tapi ia tak pernah datang. Pasti ia telah terbang jauh kedalam hutan hijau yang lebat.
Menjelang musim gugur Thumbelina telah merampungkan seluruh pakaian pengantinnya.
"Dalam empat minggu kau akan menikah," kata si Tikus Sawah, tapi Thumbelina menangis dan menyatakan bahwa ia tidak akan menikah dengan si Tikus Mondok yang jelek rupa itu.
"Jangan keras kepala, atau aku akan menggigitmu dengan gigiku yang putih dan tajam ini! Kau akan memperoleh seorang suami yang baik. Raja sendiri tidak memiliki jaket beludru semacam ini. Kamar gudang dan gudang bawah tanah penuh, dan kau akan senang karenanya."
Tibalah hari pernikahan itu. Si Tikus Mondok telah datang menjemput Thumbelina untuk hidup bersamanya dalam di bawah tanah, tidak pernah keluar ke sinar matahari yang hangat lagi, karena keluar menikmati sinar matahari yang hangat adalah apa yang tidak disukai si Tikus Mondok. Gadis kecil yang malang itu sangat sedih, karena sekarang ia harus mengucapkan selamat berpisah dengan matahari yang indah.
"Selamat tinggal, matahari yang cemerlang!" katanya sambil menangis, dengan merentangkan kedua tangannya kepadanya dan melangkah lagi keluar rumah. Sekarang padi itu telah dipanen dan hanya tinggal tunggak yang masih berdiri. "Selamat berpisah, selamat berpisah!" katanya, dan memelukkan kedua tangannya pada bunga merah yang tumbuh di sana. "Sampaikan salam sayangku pada si Burung layang-layang bila kau melihatnya!"
"Tweet, tweet!" seketika itu juga terdengar suara si Burung layang-layang di telinganya. Itu si Burung layang-layang terbang melintas! Ia merasa sangat senang begitu melihat Thumbelina. Ia mengatakan kepadanya bahwa ia harus hidup menikah dengan Tikus Mondok yang jelek, karena ia harus hidup di bawah tanah di mana tidak pernah ada sinar matahari, dan selagi ia mengatakan kesedihannya ia tak kuasa menahan tangisnya.
"Sekarang musim dingin yang dingin sudah mulai tiba," kata si Burung layang-layang. "Aku harus terbang jauh ke daratan-daratan yang lebih hangat. Maukah kau pergi denganku? Kau bisa duduk di punggungku, dan kita akan terbang jauh dari si Tikus Mondok yang jelek itu dan rumahnya yang gelap, ke atas gunung-gunung ke negara-negara yang hangat. Di sana sinar matahari lebih terang daripada di sini. Di sana selalu ada musim panas dan bunga-bunga yang yang indah selalu mekar. Ikutlah aku, Thumbelina kecil sayang, yang telah menyelamatkan jiwaku ketika aku terbujur beku di terowongan yang gelap itu!"
"Ya, aku akan pergi bersamamu," kata si Thumbelina, dan memanjat di atas punggung si Burung layang-layang, dengan kaki-kakinya pada salah satu sayapnya yang terkembang. Tinggi di atas udara ia terbang, di atas hutan-hutan dan laut-laut, di atas gunung-gunung yang tinggi yang selalu tertutup dengan salju. Ketika ia merasa dingin ia merangkak di bawah bulu-bulunya yang hangat, hanya menampakkan sedikit kepalanya untuk mengagumi semua benda yang indah di dunia di bawahnya. Akhirnya mereka sampai pada daratan-daratan yang hangat. Di sana matahari lebih terang, langit kelihatan tinggi dua kali lipat, dan di pagar-pagar tanaman menggantung buah-buah anggur hijau dan ungu yang paling enak. Di kebun buah-buahan tumbuh jeruk dan lemon. Udaranya wangi dengan bau myrtle dan mint dan anak-anak kecil yang manis-manis berlari-larian dan bermain di jalan-jalan dengan kupu-kupu besar yang indah. Tapi si Burung layang-layang terus terbang lebih jauh, dan negara itu semakin indah. Di bawah pohon-pohonan hijau yang paling rindang di sisi sebuah danau nan biru berdiri sebuah benteng marmer putih yang berkilau-kilauan. Tanam-tanaman anggur merambat dari pilar-pilar dan di bagian atasnya terdapat banyak sarang burung layang-layang. Di salah satu sarang inilah tinggal si Burung layang-layang yang sedang membawa Thumbelina.
"Inilah rumahku!" katanya. "Tapi ini tidak cocok denganmu untuk tinggal bersamaku. Aku tidak cukup rapi untuk membuatmu senang. Carilah sebuah rumah untuk dirimu sendiri dalam salah satu bunga yang paling indah yang tumbuh di bawah sana. Sekarang aku akan menurunkanmu dan kau bisa melakukan apa saja yang kau suka."
"Itu akan baik sekali!" katanya, sambil bertepuk tangan. Di sana tergeletak sebuah tiang marmer putih besar yang telah jatuh ke tanah dan pecah menjadi tiga potong, tapi antara potongan-potongan ini tumbuh bunga-bunga putih yang paling indah. Si Burung layang-layang terbang turun bersama Thumbelina dan menurunkannya di atas salah satu daun yang lebar. Di sana, herannya, ia menemukan seorang laki-laki kecil mungil yang duduk di tengah-tengah bunga itu, seputih dan sebening seolah-olah ia terbuat dari kaca. Ia mengenakan mahkota keemasan yang paling indah di kepalanya dan sayap-sayap paliing indah pada kedua bahunya. Ia sendiri tidak lebih besar daripada Thumbelina. Ia adalah the spirit of flowers. Dalam masing-masing kuntum hidup seorang pria atau wanita yang mungil. Tapi ia adalah Rajanya.
"Betapa tampannya ia!" bisik Thumbelina kepada si Burung layang-layang.
 Si Raja kecil sangat ketakutan dengan si Burung Layang-layang, karena bila dibandingkan dengan tubuhnya yang hanya sekecil itu Burung layang-layang itu bagaikan seeorang raksasa. Tapi begitu melihat Thumbelina, ia sangat senang, karena ia adalah seorang gadis yang tercantik yang pernah ia lihat. Ia melepaskan mahkotanya dari kepalanya dan mengenakannya di kepala Thumbelina, sambil bertanya kepadanya apakah ia mau menjadi isterinya, dan ia akan menjadi Ratu semua bunga. Memang, ia adalah seorang suami yang berbeda dari anak laki-laki si Kodok dan si Tikus Mondok dengan jaket beludru hitamnya. Maka ia menjawab "Ya" kepada si Raja itu. Dan dari masing-masing bunga keluarlah seorang wanita atau seorang pria, begitu mungil dan manis yang merupakan kesenangan tersendiri untuk melihat mereka. Setiap orang membawa hadiah buat Thumbelina, tapi yang paling indah dari hadiah-hadiah itu adalah sepasang sayap yang indah yang mereka pasang pada punggungnya, dan sekarang ia juga dapat terbang dari satu bunga ke bunga lainnya. Mereka mengharapkan ia bahagia, dan si Burung layang-layang duduk di atas sarangnya dan menyanyikan mars pernikahan sebaik mungkin. Tapi ia merasa sedih, karena ia sangat senang dengan Thumbelina dan ia tidak ingin berpisah darinya.
"Kau tak akan dipanggil Thumbelina!" kata the spirit of the flowers. "Itu nama yang jelek, dan kau jauh lebih cantik. Kami akan memanggilmu May Blossom."
"Selamat berpisah, selamat berpisah!" kata si Burung layang-layang kecil dengan hati yang berat, dan ia terbang pergi ke daratan-daratan yang lebih jauh, jauh, jauh sekali, ke negara Denmark. Di sana ia mempunyai sebuah sarang kecil di atas jendela seseorang yang menceritakan cerita-cerita peri yang manis semacam ini. "Tweet, tweet!" ia menyanyi kepada orang itu. Dan itulah cara kita belajar keseluruhan cerita itu.

DONGENG

Cerita Dongeng Dunia : Kisah Putri Tidur

Cerita Dongeng Putri Tidur
Cerita Dongeng Putri Tidur
Pada jaman dahulu kala ada seorang raja dan ratu yang tidak bahagia karena mereka belum memiliki anak. Walaupun kerajaan mereka makmur dan rakyat hidup dengan damai, namun tidak hadirnya seorang anak membuat mereka merasa selalu bersedih. Pada suatu hari ketika sang ratu sedang mandi di telaga Istana, seekor katak melompat keluar dari air ke tepi telaga. Anehnya katak itu bisa berbicara.” Keinginanmu akan segera terkabulkan, sebelum pergantian tahun kamu akan memiliki anak peempuan.”
Apa yang diucapkan oleh sang katak menjadi kenyataan. Sang ratu mengandung dan akhirnya melahirkan seorang gadis kecil yang sangat cantik. Raja dan Ratu sangat berbahagia sehingga mereka mengadakan pesta besar yang dirayakan oleh seluruh kerajaan. Di Istana dia tidak hanya mengundang sanak saudara, teman-teman dan pejabat istana, tetapi juga para perempuan agung yang dianggap bijaksana. Di kerajaan tersebut terdapat 13 orang perempuan agung, namun karena hanya terdapat 12 piring emas maka Raja dan Ratu hanya mengundang 12 orang dari mereka.
Pesta ini diselenggarakan dengan segala macam keindahan dan ketika itu berakhir para perempuan agung bijaksana satu persatu memberikan hadiah berupa sihir untuk sang puteri, ada yang berupa kebajikan, kecantikan, kekayaan, dan lainnya. Ketika perempuan agung yang kesebelas selesai memberikan hadiah berupa sihir, tiba-tiba perempuan agung yang ketiga belas masuk Istana. Dia ingin membalas raja dan ratu karena tidak mengundangnya, dan tanpa ucapan, atau bahkan melihat siapa pun, dia menangis dengan suara nyaring, “Putri raja pada umrnya yang ke lima belas akan mati karena ditusuk jarum jahit.” Dan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia berbalik dan meninggalkan ruangan.
Dongeng Dunia Kisah Putri Tidur
Dongeng Dunia Kisah Putri Tidur
Mereka semua terkejut, lalu perempuan agung ke dua belas yang belum memberikan hadiah segera maju kedepan. Sayangnya dia tidak dapat membatalkan kutukan dari perempuan agung ke tiga belas, dia hanya bisa melembutkan kutukan tersebut. Dia berkata, “Putri tidak akan mati karena tertusuk jarum di usianya kelima belas, dia hanya akan tertidur. Dan akan bangun setelah seratus tahun dari saat dia tertusuk jarum jahit.”
Raja yang ingin menghindari puteri kesayangannya dari kutukan perempuan ke tiga belas, segera memerintahkan agar seluruh jarum jahit tidak boleh berada disekitar istana. Sementara itu hadiah sihir dari para perempuan agung menjadi kenyataan, sang putri tumbuh menjadi putri yang cantik, baik hatinya, cerdas, bijaksana, dan setiap orang yang melihatnya menjadi terikat hati untuk mencintainya.
Satu hari di usia sang puteri yang ke lima belas, raja dan ratu sedang meninggalkan istana untuk melakukan kunjungan ke kerajaan lain. Sang putri merasa bebas dan berkeliling di sekitar istana. Dia mengunjungi berbagai tempat, dan disalah satu bagian sudut kerajaan dia melihat ada sebuah menara tua. Sang putri sangat penasaran dengan menara tersebut dan memasukinya. Dia memanjat tangga berkelok-kelok sempit, dan melihat pintu kecil. Kunci berkarat tampat menempel pada bagian pintu kecil tersebut. Sang putri kemudian membuka pintu itu pelan-pelan. Didalam ruangan ada seorang perempuan tua sedang menjahit pakaian dan terlihat sangat sibuk.
Cerita Dongeng Putri Tidur
Cerita Dongeng Putri Tidur
“Selamat siang ibu, apa yang sedang ibu kerjakan.” Sapa sang putri
“Aku sedang menjahit dan menyulam.” Jawab si perempuan tua.
“Betapa indahnya sulaman ibu, aku sangat menyukainya.” Sang putri mengelus kain hasil sulaman perempuan tua. Namun malang pada pakaian itu masih terdapat jarum jahit, dan tanpa sengaja jari telunjuk sang putri tertusuk jarum itu. Seketika tubuh sang putri menjadi lemas dan terjatuh ke lantai tertidur pulas. Apa yang terjadi pada sang putri meluas ke seluruh kerajaan. Sang raja dan ratu yang baru kembali ke istana, tiba-tiba tertidur, seluruh pengadilan, kuda-kuda, pergi tidur di kandang, anjing di halaman, burung-burung merpati di atas atap, lalat di dinding, bahkan api yang menyala di perapian menjadi tenang dan tidur.
Di sekeliling istana mulai tumbuh pagar duri, yang setiap tahun menjadi lebih tinggi, dan akhirnya tumbuh menutup seluruh istana, saking tingginya tanaman berduri iti menjadi seperti benteng yang menutupi sehingga bahkan istana tidak dapat dilihat dari luar.
Tapi kisah tidurnya putri raja yang cantik menawan tersebar luas hingga ke kerajaan-kerajaan lain. Dari waktu ke waktu pangeran-pangeran datang dan mencoba untuk melewati pagar berduri dan masuk ke istana. Namun tidak ada yang pernah berhasil melakukannya, bahkan beberapa diantaranya justru terperangkap oleh pagar tumbuhan duri dan meninggal disana dengan cara yang menyedihkan.
ciuman pangeran untuk putri tidur
ciuman pangeran untuk putri tidur
Setelah bertahun-tahun lamanya berita mengenai putri tidur yang cantik terdengar ketelinga seorang pangeran gagah dari negeri seberang. Walaupun kabar mengenai benteng pohon berduri yang sangat berbahaya sangan menakutkan, namun itu tidak menyurutkan sang pangeran gagah untuk mencoba menerobosnya. Pangeran itu berkata, “Saya tidak takut, saya akan pergi dan menemui putri tidur yang cantik.”
Saat pangeran gagah datang ke kerajaan putri tidur yang dilindungi oleh benteng pohon berduri, bertepatan dengan seratus tahun dari hari dimana sang putri tertusuk jarum jahit. Ketika sang pangeran gagah datang ke bagian luar istana, tiba-tiba pohon berduri merkah menjadi tumbuhan bunga bunga yang indah, dan sekaligus membuka jalan bagi sang pangeran untuk masuk lebih dalam. Saat pangeran tersebut akhirnya sampai di istana, dia melihat anjing yang tertidur di halaman istana, begitu pula kuda yang berada di dalam kandang, pada bagian atap burung merpati tertidur dengan posisi kepala berada dibawah sayapnya; Sang pangeran semakin tercengang saat dia masuk ke istana, dia menyaksikan lalat tertidur pada dinding istana, serta tukang masak masih dengan perlatan masaknya sedang tertidur didapur. Semua orang yang ada diistana itu dalam kondisi tidur pulas.
Sang pangeran akhirnya berkeliling istana dan mendapati kesunyian karena semua yang dia lihat dalam kondisi tertidur pulas. Pada bagian sudut istana sang pangeran dibuat penasaran dengan menara tua yang terlihat tidak terawat. Dia memanjat tangga berkelok-kelok sempit, dan melihat pintu kecil kecil dalam kondisi terbuka. Didalam nya dia melihat sang putri cantik mempesona sedang tertidur dengan anggun. Pangeran gagah tidak dapat melepaskan pandangannya dari putri tidur yang cantik, seperti disihir dia mendekati sang putri, membungkuk dan mencium kening sang putri.
Kejaiban terjadi sang putri yang telah tertidur selama tahun tiba-tiba terjaga. Pangeran gagah kemudian menceritakan apa yang terjadi.
Cerita Anak Puteri Tidur
Cerita Anak Puteri Tidur
Mereka berdua kemudian keluar dari menara tua sambil bergandengan tangan, dan pada saat yang sama Raja dan Ratu juga telah terjaga dari tidur mereka termasuk semua pejabat istana yang saling memandang dengan takjub. Dan kuda-kuda di halaman berdiri dan mengguncang diri, anjing-anjing melompat bangun dan mengibaskan ekor mereka, burung-burung merpati diatas atap membuka sayap da mengeluarkan kepalanya, melihat sekitar kemudian terbang ke angkasa, lalat di dinding merayap lagi, istana itu kembali hidup bangun dari tidur panjang mereka.
Raja, Ratu dan seluruh kerajaan sangat berbahagia karena kutukan dari perempuan agung ke tiga belas telah patah. Dan karena sang pangeran dan sang putri saling jatuh cinta, mereka melangsungkan pernikahan megah yang diselenggarakan di seluruh pelosok istana.
Putri tidur dan pangeran gagah hidup bahagia sampai akhir hayat mereka.

Senin, 11 September 2017

TEMPAT WISATA TULUNGAGUNG

Gunung Budheg

gunung-budheg
Instagram by @erykindra
Yang pertama ada Gunung Budheg atau dikenal juga dengan nama lain Gunung Cikrak. Tempat wisata di Tulungagung selain pantai ini memiliki ketinggian lima ratus delapan puluh lima meter di atas permukaan air laut dan tepatnya berlokasi di Desa Boyolangu. Gunung Budheg ini terutama biasa dijadikan lokasi latihan bagi para pendaki pemula. Jalur menuju puncaknya sendiri menanjak melalui semak berduri serta diselingi dengan merayap pada pinggiran tebing.

Pantai Popoh

pantai-popoh
Instagram by @kacamatatulungagung
Pantai ini merupakan salah satu wisata Tulungagung hits. Jaraknya ada di bagian selatan kota, tepatnya adalah di Kecamatan Besuki. Letaknya ada di kawasan teluk dengan ombak yang tidak terlalu besar. Kegiatan yang bisa dilakukan di sini di antaranya adalah berenang hingga menyewa perahu untuk berkeliling sekitar kawasan teluk.

Pantai Coro

pantai-coro
Instagram by @kempol_prakoso
Tempat wisata pantai di Tulungagung selanjutnya ada Pantai Coro. Pantai ini memiliki pasir berwarna putih dan tepatnya ada di Kecamatan Besuki. Keunggulan dari pantai ini terutama adalah dari letaknya yang tidak jauh dari pusat kota dan kabupaten. Perjalanan menuju pantai ini dapat dituju dari Pantai Popoh kemudian ke arah Reco Sewu. Selanjutnya kita harus parkir kendaran di Reco Sewu dan perjalanan dilanjutkan dengan cara berjalan kaki sejauh beberapa kilometer.

Pantai Sine

pantai-sine
Instagram by @rizall_bntoe
Tempat wisata di Tulungagung dan trenggalek berikutnya yang sayang apabila dilewatkan adalah Pantai Sine. Jaraknya sekitar tiga puluh lima kilometer di sebelah selatan dari Kota Tulungagung. Pantai ini memiliki pasir berwarna putih kecokelatan dan ombaknya cukup besar. Objek wisata yang satu ini tepatnya berlokasi di Desa Kalibatur. Pantai ini dikenal pula dengan nama Pantai Matahari Terbit dan kita bisa menyaksikan aktivitas nelayan di sini.

Pantai Molang

pantai-molang
Instagram by @annasf31
Pantai lainnya yang dapat kita kunjungi adalah Pantai Molang. Wisata di Tulungagung yang satu ini terletak di Kecamatan Pucanglaban. Lokasinya sendiri cukup strategis karena ada di perbatasan antara Tulungagung dengan Blitar. Akses jalan ke pantai juga terbilang mudah. Begitu sampai di Pucanglaban, kita akan menemukan banyak papan petunjuk yang mengarah ke pantai.

Pantai Lumbung

pantai-lumbung
Instagram by @erykindra
Tempat wisata Tulungagung baru berupa pantai berikutnya adalah Pantai Lumbung. Letaknya berdekatan dengan Pantai Molang, yaitu di Kecamatan Pucanglabang. Kita bisa mengunjunginya dengan mengikuti jalur menuju Pantai Molang. Begitu sampai di kawasan tambak, kita bisa bertanya pada penduduk sekitar mengenai arah menuju Pantai Lumbung.

Pantai Pathok Gebang

pantai-pathok-gebang
Instagram by @zico5putra
Masih ada lagi pantai lainnya yang dapat kita kunjungi yaitu Pantai Pathok Gebang. Pantai ini terutama sangat terkenal di kalangan petualang karena medan menuju pantai terbilang sulit. Wisatawan harus menaiki bukit serta menyusuri hutan selama tiga puluh hingga empat puluh menit dengan berjalan kaki. Ciri khas dari Pantai Pathok Gebang ini adalah karang atau tebing yang berukuran cukup besar dan deburan air yang lumayan tinggi saat diterjang ombak.

Pantai Klatak

pantai-klatak
Instagram by @masprist
Wisata pantai Tulungagung berikutnya adalah Pantai Klatak. Pantai ini terutama cocok untuk wisatawan yang menyukai pantai dengan pasir gelap. Objek wisata satu ini berada di Desa Keboireng, Kecamatan Besuki. Jika wisatawan datang dari Kota Tulungagung dengan menggunakan kendaraan bermotor, diperlukan waktu tempuh sekitar satu setengah jam. Kegiatan faorit yang biasa dilakukan wisatawan di sini adalah berenang, bersantai hingga memancing ikan.

Pantai Sanggar

pantai-sanggar
Instagram by @tulungagungsparkling
Wisata alam Tulungagung yang berupa pantai berikutnya adalah Pantai Sanggar. Pasirnya berwarna putih dan lautnya sangat bersih. Pantai ini juga menjadi salah satu pantai paling cantik yang ada di Tulungagung. Lokasi pantai tidak terlalu mudah untuk diakses, namun pemandangan yang ditawarkan terbilang sangat indah. Pantai ini berada di Desa Jengglungharjo yang tidak terlalu jauh dari pusat kota. Karena pantai ini belum terjamah, maka suasana sekitar sangat alami dan mempesona.

Pantai Ngalur

pantai-ngalur
Instagram by @laykaikaa
Obyek wisata Tulungagung Trenggalek lainnya yang dapat melepas penat kita adalah Pantai Ngalur. Pantai ini letaknya berdekatan dengan Pantai Sanggar sehingga suasananya tidak jauh berbeda. Letaknya sama-sama ada di Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung. Pasirnya berwarna putih dan air lautnya sendiri masih sangat jernih. Pantai Ngalur serta Pantai Sanggar merupakan lokasi camping yang cocok karena suasananya yang masih alami.

Pantai Brumbun

pantai-brumbun
Instagram by @dyamegaaamu
Pantai ini memiliki pasir berwarna abu-abu dan letaknya ada di desa Ngrejo, Kecamatan Tanggunggunung. Area Pantai Brumbun cukup luas sehingga cocok digunakan untuk bermain olahraga di pantai. Ombak pantai juga terbilang kalem sehingga pengunjung bisa bermain air dengan leluasa. Untuk mencapai pantai ini dari pusat kota Tulungagung harus melalui medan yang cukup berat dengan jarak sekitar dua puluh dua kilometer.

Pantai Kedung

pantai-kedung
Instagram by @lulukba
Tempat wisata di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur berikutnya adalah Pantai Kedung Tumpang. Kecantikan pantai ini sedang banyak dibicarakan orang-orang. Pantai Kedung Tumpang sendiri tidak memiliki pasir putih, akan tetapi tebing karang. Daya tarik pantai ini terutama adalah lubang-lubang alami yang terdapat di karang dan membentuk laguna cantik. Air pada laguna-laguna tersebut memiliki warna biru yang sangat cantik dan membuat para pengunjung ingin untuk berenang di dalamnya.

Pantai Sidem

pantai-sidem
Instagram by @ika.prasetya.n.y
Tulungagung memang tidak jauh-jauh dari pantai. Tempat wisata Tulungagung Jawa Timur selanjutnya juga masih berupa pantai, yaitu Pantai Sidem. Pantai ini berada di Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Pantai ini tetap tampil mempesona dengan keindahannya yang mengagumkan.

Goa Gembyang

Bosan dengan pantai? Wisata Tulungagung dekat stasiun lainnya terdapat di Goa Gembyang. Letaknya ada di Desa Kuripansari, Kecamatan Pacet, Mojokerto. Goa Gembyang ini konon dipercaya sebagai tempat dari pertapaan Raden Wijaya sebelum dinobatkan menjadi Raja Majapahit. Goa ini juga merupakan sebuah goa alam yang ditemukan di sisi sebelah timur dari sebuah bukit. Lingkungan di sekitar goa terlihat asri serta teduh. Mulut goa dan bagian dalamnya sendiri cukup luas dan lebar. Ketika memasuki goa, akan ada kesan mistis yang kuat dirasakan.

Goa Selomangleng

goa-selomangleng
Instagram by @bendottetapsemangat
Wisata Tulungagung Jawa Timur juga termasuk Goa Selomangleng. Goa ini berada di dua tempat, yaitu Kediri serta Tulungagung. Konon, goa ini telah berdiri sejak zaman Airlangga. Goa ini terletak di Desa Sanggrahan dan letaknya sendiri cukup terpencil. Di goa ini terdapat dua ceruk, di mana masing-masing menghadap ke arah barat serta selatan.

Goa Pasir

goa-pasir
Instagram by @rommyroperta
Goa lainnya yang ada di Tulungagung adalah Goa Pasir. Objek wisata yang ada di Tulungagung ini berada di Desa Junjung. Goa Pasir terbentuk dari adanya ceruk besar yang terpahat di lereng batu besar di tengah hutan. Pengunjung yang ingin menemukan gua ini harus mendaki sembilan puluh meter di atas permukaan dari bukit karst. Gua ini sudah cukup populer dan biasa dikunjungi oleh para kaum muda. Di sekitar lokasi gua terdapat makam kuno yang disebut oleh warga sekitar sebagai makam dari Mbah Bodho.

Gua Tan Tek Sue

Gua lainnya yang bisa kita datangi dan termasuk dalam peta wisata Tulungagung adalah Gua Tan Tek Sue. Gua ini sering dikunjung oleh umat Konghucu terutama pada perayaan hari besar dari agama Konghucu. Di sekitar gua ini juga terdapat banyak buah durian yang terkenal dengan nama khusus yaitu Durian Bajul.

Air Terjun Pandanwangi

Wisata lainnya di Tulungagung adalah air terjun, yaitu Air Terjun Pandanwangi. Air terjun ini termasuk ke dalam salah satu air terjun yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan terutama pecinta alam. Ketinggian air terjun adalah sekitar tiga puluh meter dan masih berada dalam wilayah yang sama dengan Perkebunan Teh Sumber Pandan yang ada di Desa Ngelurup, Kecamatan Sendang. Air terjun Pandanwangi terutama cocok dikunjungi karena pemandangannya yang indah serta cuacanya juga sejuk.

Air Terjun Lawean

air-terjun-lawean
Instagram by @kacamata_tulungagung
Air terjun lainnya yang tak kalah indah adalah Air Terjun Lawean. Air terjun ini juga cukup populer di Tulungagung. Ketinggiannya tidak lebih dari seratus meter dan keindahannya terbilang luar biasa. Perjalanan menuju air terjun ini juga terbilang cukup sulit, namun kesulitannya akan terbayar saat telah berada di lokasi air terjun. Lokasinya sendiri ada di Lawean, sekitar dua puluh lima kilometer di sisi barat daya dari kota Tulungagung.

Candi Dadi

candi-dadi
Instagram by @m.hoodie
Objek wisata lainnya yang bisa kita kunjungi di Tulungagung adalah wisata Candi. Di antaranya ialah Cand Dadi. Di sini kita bisa menemukan sisa-sisa dari bangunan kuno sehingga cocok bagi kita yang menggemari sejarah.

Candi Penampihan

candi-penampihan
Instagram by @tulungagungsparkling
Selain wisata Kedung Tumpang Tulungagung, kita juga dapat mengunjungi Candi Penampihan. Jaraknya sekitar delapan kilometer dari Kecamatan Sendang. Candi ini termasuk dalam wilayah Dusun Turi, Desa Geger, Kecamatan Sendang. Situs ini sendiri merupakan sebuah candi yang berundak dan terasnya membujur dari barat ke timur.

Candi Boyolangu

candi-boyolangu
Instagram by @indrokusworo
Berikutnya ada Candi Boyolangu. Candi ini berlokasi di tengah pemukiman dari penduduk, tepatnya di Dusun Dadapan, Desa Boyolangu. Bangunan induknya terdiri dari dua teras yang berundak dan hanya tersisa bagian kakinya saja.

Tebing Banyu Mulok

tebing-banyu-mulok
Instagram by @ayodolan
Wisata lainnya adalah Tebing Banyu Mulok. Letaknya ada di Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Akses menuju tempat ini terbilang mudah dan cepat. Pemandangannya indah dan suasananya juga terbilang masih asri.

Bukit Cemenung

bukit-cemenung
Instagram by @tulungagungtourism
Ada lagi Bukit Cemenung yang letaknya di Kecamatan Rejotangan. Menurut beberapa sumber, konon bukit ini menyimpan bijih besi dan juga emas. Bekas-bekas bangunan yang ada di sini juga sudah ada sejak zaman Belanda.
jurug-tretes
Jurug Tretes Instagram by @exploretulungagung

jurug-wangi
Jurug Wangi Instagram @exploretulungagung

pantai-pacar
Pantai Pacar Instagram @exploretulungagung

pathuk-gebang
Pathuk Gebang Instagram by Instagram @exploretulungagung

waduk-wonorejo
Waduk Wonorejo Instagram @exploretulungagung
Demikian adalah beberapa tempat wisata yang dapat kita kunjungi selama berada di Tulungagung. Jangan lupa untuk turut mengunjungi tempat wisata Tulungagung ranukumbolo juga. Wisata kuliner Tulungagung dapat menjadi tujuan berikutnya setelah selesai menjelajah semua pantai, gua hingga candi dan tebing yang ada di Tulungagung.

Senin, 04 September 2017

Pengertian Browsing Serta Macam-macam Browser

Browsing memiliki padanan kata dengan surfing dan kata-kata yang semakna dengan ini memiliki arti dalam Bahasa Indonsianya adalah berselancar (tentu yang satu ini bermakna konotatif), menelusuri, menjelakar, mencari, dan kata-kata yang memiliki makna yang sama dengannya. Ini merupakan pengertian dari browsing dari segi bahasa yang seharusnya kita ketahui bersama.
Sedangkan dari sisi istilah, pengertian browsing adalah suatu aktivitas dalam menjelajari internet melalui bahasa hypertext yang dilakukan dengan menggunakan perangkat-perangkat IT dengan menggunakan web browser. Akvitas-aktivitas yang bisa kita lakukan dalam browsing tentunya banyak sekali, namun pada umumnya browsing lebih menekankan kepada pencarian dimesin pencari.
Selain itu ada juga pengertian browsing lainnya seperti yang dikemukakan oleh Business Dictionary Dot Com yang memberikan pengertian browsing sebagai pencarian didalam world wide web (maksudnya adalah jaringan internet) dengan mengikuti (membaca) satu tautan (pembahasan) demi tautan yang lainnya yang biasanya dapat mendefinisikan sebuah obyek tanpa ada strategi perencanaan dalam pencarian tersebut. Berbeda dengan istilah "searching" yang biasanya direncanakan dalam pencariannya untuk mencari sebuah obyek pembahasan.

soal tik kelas 11 semester 1

1. Alamat-alamat dalam halaman web dikenal dengan nama…. a. Web b. URL c. UTP d. ISP e. IP jawaban : B ...